Tuesday, September 18, 2012

ITS SHARING TIME




Please Be Responsible

Kali ini aku akan membagikan sebuah cerita tentang kisah seseorang yang bekerja di sebuah lembaga pelatihan, kisah sahabat baikku sendiri. Silakan simak kisahnya dan semoga mendapatkan manfaat dari ceritanya ... >_< ...

Setelah dia lulus kuliah dan mencari pekerjaan, maka berbekal dengan ijazah beserta CV dkk dia pun mengirimkan ke beberapa perusahaan dan berniat untuk mencari sebuah perusahaan yang bisa memberinya pengalaman. Dia pun kemudian dihadapkan berbagai kegagalan dari lamarannya, dan ketika itu seorang kakak kelasnya menghubunginya dan menariknya sebagai staff di posisi manajemen disana. Sebelumnya memang lembaga ini adalah lembaga yang dia buat bersama kakak kelasnya dan 3 temannya yang lain semasa kuliah, namun karena kesibukannya, dia pun mengundurkan diri dan saat itu dia pun dipanggil kembali untuk membantu lembaga yang kini berniat untuk beralih fungsi menjadi satu perusahaan.

Masuklah dia ke perusahaan tersebut, dia berpikir bahwa semuanya sudah siap, jadi dia cukup menjadi sekretarisnya sesuai dengan panggilan dari kakak kelasnya itu. Namun sayang, perusahaan yang awalnya terbentuk dari lembaga kemahasiswaan dengan karakter menyesuaikan dengan para mahasiswa agak sulit ketika diubah ke bentuk perusahaan karena perbedaan sistem. Transisi lembaga mahasiswa ke arah perusahaan yang bersifat professional itu masih mentok, karena sebagian besar dari mereka tidak paham dengan dunia kerja.

Sistem saja belum ada, strukturnya nyaris berubah setiap saat, maka dia protes ke sang kakak kelas yang menjabat sebagai GM disana. Apa-apa kok kasih tahu mendadak, belum yang satu selesai, sudah ada perubahan terus menerus. Akibatnya sahabatku ini bingung dan protes ke GMnya, dia bingung harus melakukan apa karena ternyata semuanya tidak berjalan sebagaimana yang dia perkirakan. Ditambah dengan konflik internal yang ada di Dirut dan istrinya yang tidak menghendaki salah seorang anggota staf berada disana karena persoalan dan alasan yang sangat klise, kecemburuan seorang istri. Akibatnya, kontak dan hubungan komunikasi antara Dirut dan GM sangat minim, malah mengakibatkan konflik internal antara keduanya, membuat temanku makin pusing. Maunya mereka itu apa sebenarnya? Bikin perusahaan atau sekedar main-main saja?

Awal singkat perusahaan ini terbentuk karena kerjasama dari sang Dirut dan GM, masing-masing dari mereka berbagi tugas. Dirut fokus untuk pencarian investor sementara GM bertanggung jawab untuk mengurusi operasional. Mereka adalah teman yang cukup dekat karena melihat lembaga yang dulunya diadakan oleh GM ini cukup pesat maka ditawarkanlah kerjasama untuk menuju sebuah perusahaan pelatihan yang professional. Akan tetapi, hal itu tidak semudah membalikkan tangan, banyak halangan yang terjadi dan konflik serta beban yang mewarnainya. Lembaga ini awalnya hanya fokus ke bidang pelatihan, kemudian saat muncul Dirut tersebut maka divisi lain dikembangkan sehingga ada 3 divisi, yakni pelatihan, pengembangan diri, dan self publishing, dan ketiganya dinaungi oleh perusahaan yang dibangun oleh Dirut dan GM tersebut.

Awalnya semua berjalan mulus, tapi karena dari mereka tidak ada yang benar-benar merencanakan sesuatu dengan detail dan rata-rata bersifat “DREAMER” dan tidak “REAISTIC”, maka perencanaan matang pun tidak berhasil dilakukan. Sebagai penulis, aku mengasumsikan hal itu terjadi karena mereka berdua tidak mempelajari mata kuliah SKB (Studi Kelayakan Bisnis). Memang sang Dirut berkata bahwa dia adalah SE, maka seharusnya dia memiliki sedikit ilmu mengenai bisnis. Ceuk urang Sunda mah, kudu nyaho bisnis atuh.

Akan tetapi, pada kenyataannya, kulansir dari cerita, dia tidak bisa menunjukkan hal itu. Yang ada hanya berkonsultasi pada figur-figur otoritas dan membuang-buang waktu ikut pelatihan sana, pelatihan sini dengan biaya yang cukup besar dan entah darimana dananya (mungkin dari keluarganya karena cukup berada), sementara dia tidak melihat dengan keseluruhan perusahaan apa yang sebenarnya hendak dia bangun. Bagiku, dia seolah menutup mata terhadap apa yang terjadi di depannya. Fokus pada tujuan dirinya semata, mementingkan keegoisannya semata dan melupakan rekan-rekan yang dia bawa. Dia menyalahkan GM nya saat omset perusahaan tidak tercapai dan seolah tidak mau tahu akan nasib para karyawannya. Hahaha, miris sekali.

Oke, lanjut pada cerita sahabatku, karena dia bingung dengan berbagai ketidaksiapan perusahaan itu dan kesal karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya dia pun mengadakan rapat besar beserta urutan semua peraturan dkk. Ujung-ujungnya rapat berlangsung selama 3 hari & SALUT, all draft rapat dia yang membuat, seluruh aturan, tata tertib perusahaan, hingga SOP (Standard Operational Procedure) pun dia yang membuat. Maka rapat 3 hari yang ajaib bin banyak macamnya, dari mulai keegoisan para staf pelatihlah, curhat suami-istrilah hingga hal-hal yang tidak terlalu penting juga dibahas. Pusing sejadi-jadinya & hasilnya sudah dia minta bapak Dirut untuk ttd & dia sebarlah itu ke email semua staf & manajemen. Dia berniat untuk membuat jadwal supaya tuh staf pelatih pada datang ke kantor, mesti ditanya dulu satu-satu, kasian, kerjaan dia cukup banyak, masih harus bertanya pada mereka, ckckck. Melelahkan sekali.

Dan dia pun dibuat kesal oleh Dirutnya yang tidak jelas maunya apa. Benar-benar bikin repot. Tiap kali dia membuat hasil rapat yang detail sedetail-detailnya, sang Dirut berkata ngapain sih ini. Pertanyaan yang sangat bodoh, wahai Dirut apakah kau tidak melihat kalau sahabatku membuat laporan panjang mengenai hasil rapat semuanya, malah dianggap sampah, ckckck, betapa TERLALU!!!

Selain itu, jabatan sekretarisnya kemudian ditambah dengan keuangan, alhasil dia harus buat laporan keuangan dan dia pun membuatkannya sebisa dia. Di satu sisi Dirut yang satu itu mengklaim bahwa laporan yang diberikan tidak detail, padahal justru format yang dia buat yang membingungkan dan merepotkan. Semua format laporan dia yang buat, di satu sisi sahabatku berterima kasih karena dibantu, tapi saat respon datar dan sinis dari sang Dirut ini keluar seolah membuat pekerjaannya layak sampah yang bisa dibuang seenaknya, maka seketika itu pula rasa hormatnya pada sang Dirut langsung hilang. Awalnya sang Dirut tidak membutuhkan laporan, bahkan bertanya laporan apalagi ini? Jelas-jelas sahabatku adalah sekretarisnya, dia akan melaporkan hal-hal yang menurutnya wajib diketahui oleh manajemen, seperti kegiatan, kondisi keuangan, dan berbagai surat lainnya. Seolah laporan tidak berlaku untuk dia. Dalam hal aset pun sudah dibantu untuk merekap data, bahkan diusahakan selengkap mungkin, tapi dia bilang dengan santainya “nanti direkap lagi”. Nah lho? Jadi kerjaan sahabatku itu dianggap apa? Sampah doank? Luar biasa kejamnya dirimu wahai Dirut!!!

Dan laporan yang di awal dianggap sampah pun diminta saat berurusan dengan debitur dan kreditur, sibuk minta lapora inilah, itulah. Lalu sahabat baikku itu memberikan laporan yang cukup detail, tapi sayang sang Dirut ini malah tidak paham dan masih berkeras untuk meminta data laporan sesuai dengan keinginannya, sesuai formatnya yang terlalu sederhana sehingga hanya berfokus pada aspek keuangan saja, menyedihkan. Katanya dia paham tentang ilmu bisnis, tapi nyatanya tidak ada bukti yang bisa membenarkan ucapan maupun tindakannya. Kasihan sahabatku yang satu ini, sudah berbaik hati membantu membentuk sistem dan berjuang demi perusahaan yang tidak memberinya apapun selain pengalaman berurusan dengan orang-orang yang merepotkan dan menjengkelkan, malah seluruhnya beban seolah ditimpakan padanya. Lalu apa gunanya Dirut dan GM disana? Sekedar jabatan saja ya? Bodoh benar!!!

Hal yang lebih parah adalah saat terjadi krisis yang melanda perusahaan yang baru akan berdiri ini. Selama beberapa bulan, omset yang dihasilkan tidak bisa menutupi beban utang yang ada, bahkan bisa dikatakan sangat minus, akibatnya cash flow perusahan tidak berputar dengan baik. Alhasil gaji para staf manajemen pun tidak bisa terlunasi dengan baik, bahkan dicoba dibayar dengan cara dicicil.

Dan saat sang Dirut menyadari bahwa dia tidak mendapatkan omset dan penghasilan yang menjanjikan, dia berniat untuk membubarkan perusahaan tersebut, akan tetapi saat mendapatkan peluang ada kemungkinan perusahaan lain yang bisa menjanjikan padanya, maka dia pun lebih fokus pada perusahaan baru tersebut dan perusahaan tempat sahabatku berada seolah dipandang sebelah mata. Ckckck, rupanya memang sejak awal yang ada di benak Dirut ini hanyalah keuntungan belaka dan uang, uang, dan uang. Menyedihkan sekali.

Belum cukup hingga disana, sahabatku memegang sekretaris dan juga keuangan. Dan ketika dia memegang keuangan dengan petty cash yang pas-pasan, sang Dirut tidak mau tahu tentang hal itu, baginya yang lebih penting adalah dia butuh dana untuk dibayar ke investor. Hei, tidakkah kau mengerti? Tidakkah kau melihat betapa lelahnya sahabatku bekerja untuk perusahaanmu walau GAJINYA, HAKNYA, belum terbayarkan olehmu? Apakah kau tahu biaya operasional apa saja yang harus dia selesaikan; listrik, telepon, air pdam, belum dengan keperluan ATK dan marketing tools. Kalau sahabatku tidak membayarkan listrik, komputer dkk tidak akan berjalan dan operasional kantor mati. Telepon jika tidak dilunasi sebelum tanggal 20, akan diputus, begitu juga dengan PDAM. Dan itu harus sahabatku sendiri yang memutar otak untuk menyelesaikan semuanya, tanpa mendapat protes dari para staf lainnya. SALUT, betapa sabar dan tabahnya dirimu, wahai sahabatku.

Selain itu, perlu dirimu tahu banyak hal yang sahabatku tangani tanpa dirimu tahu. Mulai dari mengurusi administrasi kantor, ATK kantor, printer yang rusak berkali-kali walau sudah diganti, menyampaikan hasil rapat, mengatur pembayaran utang-utang kantor & perusahaanlah. Harus bayar investorlah, bayar teleponlah, belum gajinya OB yang kerjanya hanya menunggu disuruh harus dibereskan oleh sahabatku ini. Hal yang menyakiti HATInya adalah ketika Dirutnya bercerita bahwa OB tuh nggak diperhatiin, gajinya juga nggak beres. Sahabatku ini mengelus dada, haha, miris sekali ya pemikiran Dirut yang satu ini. Dirimu berpikir tidak sih bagaimana sahabatku dan rekannya ini mengatur keuangan untuk bayar gaji OB yang kerjaannya kurang bagus. Bahkan demi sang OB, sahabatku ini bela-belain untuk mendahulukannya di samping gajinya dan rekan-rekannya. Sementara berusaha seperti itu, apa yang sebenarnya sang Dirut ini tahu? Berkata seenaknya seolah tahu segalanya, seolah dia adalah pihak yang paling benar. Tipe orang yang membuatku ingin menghantamkan kepalan tanganku pada wajahnya. Andai aku diperbolehkan untuk melakukan itu, haha.

Sampai-sampai pernah ada bahasan, bahwa sang Dirut ini cenderung lebih memfokuskan pembayaran utang pada investor dan pemilik gedung yang notabene adalah relasi dari keluarganya. Yah, bolehlah ya berbagi dengan relasi, tapi ini seolah dia yang diatur oleh investor dan pemilik gedungnya. Lalu, dimana perhatianmu pada mereka, staf dan karyawanmu? Apakah kau tidak memikirkan KESEJAHTERAAN mereka? Kejam sekali! Mereka sudah bekerja tak kenal lelah, menghabiskan tenaga, dana, dan pemikiran mereka untuk bertahan dan berusaha mempertahankan perusahaan, tapi dia hanya fokus pada investor dan pemilik gedung, ckckck. Salah prioritas Pak!!!

Aku hanya mengelus dada karena saking kesalnya mendengar cerita itu. Kupikir cerita sudah memasuki sesi terakhir, ternyata masih ada pembahasan yang membuatku kembali naik darah. Pemilik gedung malah mengusir perusahaan lama karena merasa tidak akan melunasi pembayaran dan malah menyarankan untuk perusahaan yang lebih menjanjikan untuk masuk. Dan sang Dirut malah menyepakati dan seolah keluar dari perusahaan yang dia bangun ini, bertindak seolah-olah adalah bagian luar dari perusahaan, padahal jelas-jelas dia adalah Dirutnya. What the? Dimana tanggung jawabnya? Seolah dia lari dan tidak peduli lagi dengan semuanya? Benar-benar kelakukan payah dari seorang anak kecil, ckckck. Dan sahabatku beserta temannya ini, seolah didepak keluar dari tempat mereka berada. Belum lagi saat akan berpindah tempat, sebagian besar staf yang notabenenya pelatih melayangkan aksi protes bagaikan buruh ngamuk, haiih. Protes tentang ketidaktransparansi danalah, dan semuanya. Padahal mereka dipersulit dengan pemindahan ya, merepotkan saja. Lagi, bertindak sok tahu dan merasa yang paling menderita padahal tidak tahu ada orang-orang yang tengah berjuang. Hei, tahukah kalian, sahabat baikku tengah berjuang keras mempertahankan kalian, kenapa malah protes dan bertindak kekanak-kanakan begini?

Akhirnya mereka pun pindah dan semua dana dari investor dkk dianggap sebagai hutang. Hahaha, betapa mirisnya, dan di tengah kesulitan seperti itu, sahabat baikku ini gajinya belum dibayarkan selama 3,5 bulan. Bayangkan saja dan gaji itu belum dibayarkan saat tulisan ini aku layangkan dan tepat sudah setahun berlalu dari 2011 hal ini menimpa kepadanya. Aku sangat menyesalkan tingkah laku Dirut yang benar-benar tidak bertanggungjawab. Lari dari tanggung jawab dan menjadi orang luar, seolah dia tidak mau berurusan dengan perusahaan yang dulu begitu semangat dia bangun. Akibatnya silaturahmi yang ada tidak berjalan dengan baik. HATI yang tersakiti, TENAGA dan PIKIRAN yang terbuang percuma, GAWE TEU KAPAKE!!! Dan hal yang paling membuatnya miris dan sakit hati adalah, gaji pertamanya yang diberikan dari kas pribadi sang Dirut dianggap sebagai UTANG olehnya. Hahaha, bahkan GAJI nya dianggap sebagai UTANG. Memang benar pada pemasukan dan pengeluaran KAS, komponen gaji masuk ke dalam daftar belanja pegawai, tapi menganggap ini Utang, benar-benar menyakiti hatinya. Dia bekerja dengan susah payah, pagi hingga malam hari hampir setiap hari dengan jabatan yang hampir membuatnya tepar hingga sempat masuk Rumah Sakit akibat kelelahan dan stres yang tinggi, merelakan gajinya dicicil, bersabar dengan semua protes dari para staf pelatihnya, berusaha untuk mempertahankan perusahaan ini, tapi lalu dikatakan bahwa GAJI yang merupakan HAK nya dianggap sebagai UTANG. Sungguh keterlaluan wahai kau Dirut! Semoga dirimu diberitahukan oleh alam semesta atas perilakumu yang sudah menyakiti sahabat baikku. Semoga kau disadarkan dari kelakuanmu yang tidak dewasa dan berjiwa kecil. Semoga kau mendapatkan balasan yang setimpal atas kesombongan dan keegoisanmu, tentu Tuhan tahu apa yang terbaik. Dan aku bersyukur saat ini sahabatku sudah mulai menapakkan kakinya di tempat lain yang bisa memberinya secercah harapan.

Aku membayangkan sahabatku yang begitu sabar dan tabah menghadapi semuanya, bahkan untuk ongkos dan jajan pun dia harus menghemat, membeli baju sederhana yang dia inginkan saja tidak bisa, betapa sudah sangat besar perjuanganmu wahai sahabat. Dan saat ini perlahan, kau melihat balasan dari kenikmatan dan kebahagiaan yang diberikan Allah SWT kepadamu. Nikmati hidupmu dan mulailah melangkah ke jalan yang kau kehendaki. Allah SWT selalu tahu yang terbaik untukmu dan untuk kita semua.

Baiklah, berkaitan dengan pengalaman hidup dari sahabat baikku, aku ingin mengemukakan beberapa pendapat dan saran bagi teman-teman yang hendak membuat sebuah bisnis atau usaha, sebagai berikut:

1.Saat hendak membuka usaha, mohon dicek terlebih dahulu SKBnya. Studi Kelayakan Bisnis perlu untuk menganalisis singkat mengenai rencana usaha ke depan. Mulai dari operasional hingga tingkatan lainnya. Lakukan SWOT singkat mengenai keseluruhan hal yang berkaitan dengan bisnis yang hendak Anda jalankan.

2.Boleh menjadi ”DREAMER” saat hendak membuat bisnis atau usaha, tapi tetaplah berpijak pada “REALISTIC”. Memang TAKE ACTION adalah hal yang harus sesegera mungkin dilakukan, tapi kusarankan untuk jangan gegabah dalam menjalankannya. Gunakan analisis yang seimbang dalam keduanya. Ingat, maju ke medan perang tanpa taktik dan strategi hanya akan membawa kita pada kematian.

3.Saat berbisnis, jangan hanya memikirkan kemajuan bisnisnya, tapi pikirkan juga KESEJAHTERAAN karyawan dan stafmu!

4.Untuk para pemimpin perusahaan dan seluruh pemimpin bisnis/usaha/wirausaha, mohon diperhatikan kondisi HAK para karyawannya. Penuhilah HAK-HAK mereka (gaji, tunjangan, uang makan, transport, lembur, asuransi kesehatan, dkk) saat mereka sudah menunaikan KEWAJIBANNYA.

Ingatlah satu pepatah, wahai para teman-temanku dan para pembaca,
"ORANG HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, atau kenyamanan. Tapi mereka dibentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN, dan AIR MATA."

Pilihan sepenuhnya ada di tangan ANDA semua. Mau menjadi ORANG HEBAT atau hanya menjadi Ordinary People saja. Its Up To YOU afterall ...

sisa postingan sampai selesai

No comments:

Post a Comment

Pictures of The Years

  • pemandangan 1
  • pemandangan 2
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3