Tuesday, September 18, 2012

ITS SHARING TIME ...


Its Annoying One

Pernahkah kau merasa sangat kesal karena ada orang yang berkata dan bertindak seenak jidat mereka tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi? Bertingkah dan berkata seolah mereka tahu segalanya, padahal fakta dan cerita lengkapnya saja mereka tidak punya. Aku meyakini bahwa para pembaca pasti pernah merasakan hal seperti ini. Life is an adventure and this is one of ours adventure and experience of course, dealing with annoying people …^_^ …

So, what do you feel when we should dealing with annoying one? Well, honestly I become MAD when They annoy me over the limit. My patience was ruined in an hour while HE did that without knowing or understand what did I feel. That's the most annoying one. When you get MAD and HE/SHE didn't recognize it. Even if HE/SHE made a mistake once, it seems they'll do that again in another time. What a pity!

Bisa dikatakan hal ini adalah bagian dari ujianku yang berikutnya. Banyak hal terjadi dalam berbagai hubungan dan Alhamdulilah sejauh ini aku merasa sudah mendapatkan sosok pendamping yang selama ini aku cari. The One that I'm Looking For. Hope we' ll gonna through many obtacles a head wisely :D. Begitulah pada awalnya dan perjuangan di zona baru (New Zone) itulah yang membuatku mendapatkan pengalaman untuk berurusan dengan orang-orang yang merepotkan. Keluar dari zona nyaman yang semula kuanggap nyaman tetapi tertahan dengan berbagai hal. Saat ini setelah berhasil keluar dari zona nyamanku, aku bisa menyatakan dengan santai bahwa aku menyukai zona baruku, Now I Live My Life, that's what I feel.

Walau begitu, tentu tidak semua orang paham tentang apa yang selama ini kita alami. Banyak di antara mereka dengan seenaknya berkomentar tanpa tahu kisah yang sebenarnya, (they didn't know the true story behind), hanya berasumsikan dari berbagai rumor dan gosip yang beredar, sementara sumber utamanya tidak ditanya langsung, otomatis faktanya tidak bisa dikatakan valid. Sumbernya saja tidak jelas, bagaimana bisa kau meminta “konfirmasi”?.

Ada beberapa poin yang membuatku melayangkan judul “Its Annoying One” pada tulisan kali ini.

Yang pertama adalah pertanyaan seolah memojokkan seperti “kamu direbut ya?” atau asumsi pemikiran dari simulasi sholat yang mengungkapkan bahwa “katakan kalau kamu sedang sholat di dalam sebuah shaf dan dipimpin seorang imam, nah kondisinya kamu seolah direbut oleh imam lain untuk sholat di shaf yang dipimpinnya. Beda kalau imamnya tidak benar”.

Berkaitan dengan asumsi sholat yang jujur saja membuatku langsung naik emosinya. Aku tidak suka mengkaitkan hal ini dengan sholat apalagi dengan seorang imam sebagai pemimpin. Hubungan pacaran yang masih bersifat menggali & mengenali sifat & karakter masing-masing dari pasangan, tidak bisa disamakan dengan sholat, itu menurut pemikiranku, entah yang lain. Apalagi dalam hal memimpin dan kata-kata "Direbut".

Dalam konteks direbut misalnya, kenapa langsung mengasumsikan kesana? Tahu kisahnya saja tidak, main sebut kata "Direbut" seenaknya. Tahukah dirimu, saat merasa sesuatu direbut darimu, pernahkah kau menyadari bahwa kau tidak bisa mempertahankannya dengan baik? Kata "Direbut" ini yang membuatku merasa, ternyata memang, mereka tidak tahu apa-apa, They do know nothing. Hanya mengucapkan kata yang validitasnya belum teruji, benar-benar orang yang merepotkan.

Bukan DIREBUT, tolong DIGARISBAWAHI. Kalau direbut, aku tidak akan bergerak dengan sendirinya. Lagipula aku merasa bahwa untuk hubungan seperti ini, itu adalah PILIHAN. Kalau berkata "merebut" atau "direbut" artinya mereka yang mengatakan hal itu tidak bisa mempertahankan dengan baik. Juga menganggap "sesuatu" itu seperti OBJEK atau BARANG semata.

Nah, sekarang coba aku bertanya pada para pembaca, apakah Anda mau dijadikan OBJEK semata untuk seterusnya? Yang bisa dibuang, direbut, dipindahtangankan sesuka hati, & dipertukarkan begitu saja? Kalau aku tidak mau, agak menyedihkan kalau itu terjadi, seolah kita tidak punya HATI.

Sementara berkaitan dengan pemimpin disini, sebenarnya sederhana saja, bagaimana bisa kita dipercaya jadi pemimpin bagi orang lain, sedangkan kita terkadang sulit untuk memimpin diri kita sendiri. Untuk terbuka saja masih tidak mau, bagaimana bisa kita berkata untuk meneruskan hubungan yang lebih jauh ke depan. Dalam hubungan sederhana saja sudah tidak mau terbuka, bagaimana kalau menjalin hubungan yang lebih jauh. Wah wah, coba bayangkan sendiri, bagaimana saat kita dipimpin seorang pemimpin yang visi dan misinya saja kita tidak tahu, apalagi tujuannya. Waduh, bukannya itu gawat? Mau dibawa kemana hubungan kita? (mendadak jadi ingat lirik lagu itu ya, haha, intermezzo … >_< …). Jadi ya, untuk ini silahkan introspeksi diri sendiri saja.


Poin kedua adalah kata-kata “konfirmasi” yang dilayangkan di sebuah social media dan berkaitan dengan berita yang seolah-olah dihubungkan dengannya. Berita yang tidak lazim untuk dijadikan candaan bila dihubungkan denganku. Untuk candaan para pria bolehlahnya, aku tidak ada urusan dengan hal itu. Tapi, tiba-tiba saja kata-kata “konfirmasi” kemudian muncul begitu saja dan itu ditujukan padaku.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “konfirmasi” berarti penegasan, pengesahan, pembenaran. Maka, saat kita memunculkan kata-kata “konfimasi”, artinya kita mempertanyakan penegasan atau kebenaran dari sebuah berita maupun rumor atau gosip yang beredar.

Kenapa aku marah dan merasa sangat kesal?
Karena kondisinya sudah berbeda dengan kondisi sebelumnya. Memang benar yang dilayangkan itu adalah candaan saja, intinya mengkaitkan kondisi berita candaan itu kepadaku dengan mantanku sebelumnya. Tapi saat DIA meminta “konfirmasi” atas berita candaan itu apalagi dikaitkan dengan mantanku, aku jadi berpikir, jelas-jelas dia tahu aku sudah berpisah dengannya. Kami berpisah secara baik-baik dan aku tidak ada masalah dengannya. Tapi dia (salah seorang temannya), meminta konfirmasi padaku? How's that logic? Jelas-jelas dia sudah tahu kondisi kami yang tidak bersama lagi, malah diminta “konfirmasi”? Konfirmasi atas apa? Beritanya? Orangnya? Tanya sendiri sana sama sumber utamanya langsung, bertanya kok sama sumber lain, mana bisa dibuktikan validitasnya. Lucu sekali! That's really annoying one!!!

Ditambah dengan berita candaannya yang agak berbau dewasa, otomatis aku jadi berpikir, what did you think of ME? As an OBJECT? That's really annoyed me!!! Itu sangat keterlaluan. Bercanda boleh saja, aku tidak melarang, aku bahkan menghormatinya karena dia memiliki rasa humor yang bagus, tapi tidak untuk yang satu ini. Rasa hormatku padanya mendadak hilang begitu saja, ternoda oleh sebuah candaan yang membuatku sangat sensitif. Memang dia kemudian bertanya, kenapa sangat sensitif? Well, yes of course it does. Untuk hal ini aku jadi sangat sensitif, karena dia khususnya dan mereka sebagian pada umumnya, berkata dan bertindak seolah tahu segalanya. Dan maaf saja, kalau boleh jujur, orang yang berkata dan bertindak seolah-olah dia tahu segalanya adalah tipe orang yang sering membuatku kesal. What did you know? What did you feel? Nothing!!! Then, don't act like you know everything!!!

Aku sebagai pihak yang mengalami dan merasakannya langsung tidak ribut dan melebih-lebihkan apa yang sebenarnya terjadi. Aku dan mantan pun tidak ada masalah karena kami masih berhubungan baik sebagai teman, setidaknya itu ada. Toh kami juga masing-masing sudah berusaha melepaskan diri dari zona kami yang lama menuju zona baru dan jalan pilihan kami masing-masing. Menjadi diri kami apa adanya, menikmati, dan bersyukur dengan semuanya.

Sementara aku sudah melepaskan dan mulai “MOVE ON”, dia dan mereka (para “dedengkot” itu) kembali mengusili tanpa mengecek kondisi seseorang. Dia dan mereka yang sok tahu sangat berisik. Berasumsi inilah, itulah, analisis beginilah, begitulah, ribet banget!!! Kebiasaan buruk yang selalu dilakukan hampir setiap waktu dan kali ini membuat kesabaranku habis!!!


Kusarankan sebaiknya mengingat kembali pepatah “Lidah lebih kejam daripada Pedang”, Perkataan lebih menyakitkan daripada perbuatan. Berikut ini ada beberapa hal yang aku sarankan kepada teman-teman baikku dan para pembaca jika tengah bercanda ataupun dalam berucap.

1.Jika kau tidak tahu apa-apa, maka sebaiknya jangan berkata ataupun bertindak seolah tahu segalanya, karena itu akan menjengkelkan orang yang benar-benar paham dan mengalami serta merasakannya.

2.Jika kau bertindak dan berkata sok tahu, tanpa memperhatikan sekeliling, itu sama dengan menyakiti orang lain, tolong diingat.

3.Kau boleh bercanda untuk menyegarkan suasana, tapi mempermainkan kondisi orang lain tanpa PERASAAN untuk bercanda, itu keterlaluan.

4.Hal yang wajar saat manusia merasa “Sensitif” karena memiliki HATI, bukan hanya LOGIKA OTAK semata.

5.Masing-masing dari kita berbeda, sama dengan hal yang membuat kita “Sensitif”, itu pun berbeda, karena itulah kita harus menghargai sesama.

6.Saat KATA menggores HATI, saat itu pula KEPERCAYAAN dapat hilang seketika, berhati-hatilah.

7.Hargai orang di sekitarmu sebagaimana mereka menghargaimu, jika tidak begitu, bersiap atas konsekuensinya. Bisa jadi orang di sekitarmu tidak menghargaimu.

8.Berhati-hatilah pada perkataan & CANDAANMU, karena bisa membuat orang lain berburuk sangka dan salah paham sementara kau tertawa di belakang.

Berurusan dengan hubungan dan pasangan, itu masalah HATI, bukan hanya LOGIKA OTAK semata. Mungkin terdengar klise atau konyol atau lebay, atau mungkin kesan yang didapatkan aku terlalu sensitif dengan beberapa hal yang aku bahas di atas, tapi itulah yang kudapat dari pengalamanku. Saat mengalami dan merasakannya, maka kau bisa lebih bersikap bijak dalam menghadapi orang. Kau tidak akan bisa bergerak lebih banyak jika kau hanya menggunakan pikiranmu. Dalam hampir setiap hal, hatimu memiliki peran yang sangat besar dan itulah yang benar-benar aku rasakan untuk beberapa bulan ke belakang.

Untuk membangun masa depan, jelas kita tidak boleh hanya memikirkan perasaan, karena realitas kehidupan tidak semudah dan sesederhana yang kita bayangkan. Kau boleh bermimpi setinggi-tingginya dalam segala hal, but please be realistic. Lihat juga pada realitanya, pastikan kita menempuh jalan yang benar dengan orang yang tepat. The right man in the right place, that's it. That's why I suggest you saat memilih orang yang tepat sebagai pendamping hidup kita, aku sarankan untuk menggunakan HATI dalam memilih. Terlepas dari semua pertimbangan akan bibit bobot bebet nya dari pasangan kita, misal kesamaan agama, latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, pekerjaan, karakter, dan tentu semua hal yang berkaitan dengannya, please Let YOUR HEART FEEL it, Is HE/SHE The Right ONE or NOT!

Banyak halangan dan rintangan yang akan terjadi memang, tapi itu bagian dari ujian yang akan membuat kita lebih kuat dari sebelumnya. Dan saat kita tidak membohongi perasaan diri kita sendiri, maka kita akan menikmati hidup yang benar-benar hidup, trust me, its work.

Now, I Live My Life.
Whatever they said, I'll keep walking and enjoying My Own Life with My Dearest One ... >_< ...



sisa postingan sampai selesai

No comments:

Post a Comment

Pictures of The Years

  • pemandangan 1
  • pemandangan 2
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3