Thursday, November 25, 2010

A Place I Don't Belong To Anymore


Fiuh, .. perubahan begitu cepat berlalu tanpa pernah kita sadari hingga saat tersadar kita ditinggalkan oleh orang-orang yang kita sayangi. Kebersamaan yang terjalin kini dan tempat yang dahulu menyenangkan dan ramai, kini hanya menyisakan kesepian dan kesendiriannya pada kita. Langkah kaki yang meninggalkan tak perduli dengan apa dan siapa diri kita berjalan, dan bagaimana kondisi kita saat ditinggalkan. Penuh dengan keegoisan yang memenuhi ruang dan aroma keangkuhan yang menyebarkan kegundahan ....

Aku menginjakkan kakiku pertama kali di tempat itu dan merasakan kecanggungan yang cukup tinggi, terlebih keramahan dan keakraban itu hanya tersebar pada mereka yang dikenal saja. Namun, lambat laun, keramahan dan keakraban itu mulai menyentuhku. Berbagai macam orang yang unik mengulurkan tangannya padaku, tersenyum ramah dan merangkulku dengan penuh kelembutan. Mengapitku dengan kebersamaan dan kekeluargaannya yang begitu melimpah, membuatku terlena dan terpesona, bahkan membuatku melupakan semua tawaran-tawaran dari tempat lainnya yang bisa dikatakan membuatku bisa mengasah diriku sendiri dan mengasah kemampuanku.

Aku memilih jalan yang kupikir menarik dan menyenangkan untuk dilalui, kupikir semua orang pun melakukan hal yang sama. Mencari tempat dimana mereka bisa diterima dan dihargai, lalu disayangi dan menjadi bagian dari keluarga yang diidam-idamkan. Merindukan kasih sayang dari tempat yang menerima mereka apa adanya dan memberi mereka motivasi untuk tetap berjuang di jalan yang mereka yakini.

Roda pun berjalan dengan santainya, membawaku kepada masa-masa indah yang termanjakan oleh keberadaan mereka di tempat itu dan membuatku jadi anak manja yang kemana-mana ingin mereka ada di sampingku, meski aku tahu itu sama dengan mendominasi mereka. Tapi, karena aku suka bersama mereka, aku suka keberadaan mereka di sampingku, aku tidak peduli. Keegoisan yang aku biarkan keluar begitu saja tanpa bisa kutahan. Keegoisan yang muncul karena mereka selalu berada di sampingku, berusaha untuk ada di sampingku saat aku butuh dan mengelus kepalaku dengan santai dan lembutnya seraya berkata "santai aja stri," atau memberiku senyuman lembut dan motivasi "aku tahu kalau kamu kuat,". Bagiku keberadaan mereka sudah menjadi keberadaan yang tak terpisahkan dari kehidupanku, berada di tempat itu benar-benar memberiku kebahagiaan yang tak terkira. Kebersamaan yang tak ingin kulepas sedikitpun, kebersamaan yang membuatku melupakan semua orang di sekelilingku, kadang membuatku melupakan kewajiban dan tugas-tugas yang seharusnya aku lakukan. Namun, aku tak peduli, waktu yang kulalui bersama mereka adalah waktu dan kenangan yang berharga dan waktu yang tak ingin kusia-siaka sedikitpun.

Dan roda pun kembali berputar, berganti satu demi satu, membuatku merasa semua orang tidak pernah ada yang tidak berubah. Saat kau tumbuh dan mempunyai mimpi walaupun mimpi itu terdengar konyol, saat kau meyakinkan hati untuk mengejarnya, kau tidak akan melihat sekelilingmu, berlari mengejar mimpi itu seperti anak kecil yang meninggalkan semuanya demi impiannya sendiri. Dan itulah yang terjadi di tempat ini, kini dan mungkin seterusnya memang akan selalu seperti ini.

Kini, tempat yang penuh canda tawa itu menjadi tempat yang jarang penghuninya. Untuk berkumpul saja harus menyamakan jadwal dengan kesulitan yang luar biasa, diralat dan kembali diralat untuk kumpul. Hal yang tidak bisa kusangka sejak awal. Aku merasa akan kehilangan mereka di tempat itu, bahkan aku mulai merasa kecewa jika tempat itu perlahan mulai memudar dan lama-lama hancur karena aku mulai menjauhkan diri dari tempat itu, kembali kecewa akan kekosongan yang terjadi.

Dan sekarang, perlahan semua orang yang kukenal di tempat itu menyongsong mimpi mereka sendiri-sendiri dan berlari meninggalkanku yang masih manja di tempat ini dan terkungkung di dalam duniaku sendiri, meninggalkan tanpa sedikitpun menjejakkan kembali kakinya di hadapanku ataupun memberiku sedikit kata-kata semangat, pergi tanpa kata dan sapa. Tempat yang semula memiliki kebersamaan yang sulit terpisahkan kini berubah menjadi tempat yang kebersamaannya berasal dari kumpulan teman-teman dekat, bukan variasi keunikan masing-masing, aku agak sedikit kecewa.

Tempat itu kini seolah tak beraturan, dibiarkan oleh para penghuninya yang sibuk dan lebih memprioritaskan kepentingan mereka sendiri, membuatku bertanya dalam hati apa yang bisa kulakukan? dan apa yang harus kulakukan? Aku tidak mau memaksa mereka tapi aku ingin mereka ada di tempat ini, membereskan tanggung jawab yang terlupakan karena kesibukan mereka sesaat. Dan aku bertanya dalam keningku sendiri, aku bisa apa? Apakah aku akan membiarkan tempat yang membuatku merasakan kenyamanan ini hancur begitu saja? Rasanya sedih saat ternyata aku pun memilih jalan yang menjauhi tempat ini.

Rasanya berusaha keras di tempat ini pun sekarang tidak membuatku berminat sedikitpun, melepaskannya adalah pelarian yang jelas-jelas ingin aku lakukan. Tapi aku tahu itu tindakan pengecut dan merepotkan diri sendiri. Sama saja dengan aku meninggalkan yang lainnya karena keegoisanku sendiri, menjadi orang yang sama dengan orang-orang yang membuatku kecewa. Sedihnya, ternyata mereka yang menyuruhku bertahan pun pada akhirnya meninggalkanku sendirian. Padahal awal mulanya mereka memintaku bertahan di tempat ini sampai-sampai berniat untuk menyembah dan berlutut padaku untuk memintaku bertahan. Benar-benar mengesalkan. Sekarang jelas, alasanku untuk bertahan pun tidak ada.

Namun, pada akhirnya kebodohanku membuat terdiam dan menyuruhku bertahan. Benar-benar membuatku kesal saja. Berusaha pun nampak tidak dianggap, saat butuh pun kini aku terpaksa harus tegar menerimanya seorang diri. Aku ingin berteriak betapa aku butuh mereka dan ingin bermanja pada mereka, tapi aku tahu itu bodoh. Sekarang mereka sudah punya prioritas masing-masing. Kalau aku berdiam diri seperti orang bodoh, itu hanya akan menyusahkan diriku sendiri. Yang harus kulakukan pada akhirnya adalah bertahan dan melakukan apa yang kupikir bisa kulakukan. Kupikir hanya itu yang bisa kulakukan sekarang, yah apa boleh buat kan? Walau aku tahu, kesetiaan yang selama ini aku lakukan tak menghasilkan apapun, yang ada hanya kontribusi yang tidak akan pernah dianggap dan dibiarkan begitu saja. Mendadak, sikap pesimisku muncul dan berpikir bahwa kesetiaan tak ada gunanya lagi. Sense of belonging pun percuma saja.

Perubahan terjadi tanpa pernah kita sadari, tempat dimana kita merasakan kenyamanan dan penerimaan diri pun kini berubah menjadi tempat yang berbeda, bukan tempat kita lagi, tempat untuk kawan-kawan kita yang lain. Menyesal pun tiada guna, ingin menyalahkan seseorang atau mengeluh pun hanya membuang waktu. Pada akhirnya setiap tempat hanya menjadi tempat sesaat bagi kita, bagi manusia-manusia seperti kita, yang selalu pindah ke satu tempat dan tempat lainnya. Tempat singgah sesaat. Dan berikutnya, kita pun mencari tempat yang lain yang bisa menerima kita apa adanya. Dan begitulah seterusnya, penerimaan dan penolakan. Hal yang wajar dan sangat lumrah di dunia ini.

No comments:

Post a Comment

Pictures of The Years

  • pemandangan 1
  • pemandangan 2
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3