Thursday, February 11, 2010

TEORI SOSIAL MARKETING

Teori Sosial Marketing

Menginjak tahun 1970-an, sebuah teori media dan masyarakat yang cukup besar mulai mengambil bentuk yang berbeda dengan teori yang lain. Teori tersebut disebut dengan teori social marketing. Teori ini bukan sebuah penyatuan akan sebuah tubuh pemikiran melainkan lebih kepada koleksi pada teori pertengahan yang berurusan dengan promosi mengenai informasi yang dianggap sebagai suatu informasi penting yang harus disosialisasikan kepada masyarakat oleh sebagian orang khusus (orang elit).

Teori ini berbeda dengan teori pada umumnya, dan secara isi didominasi oleh sumber-sumber yang ada. Teori ini memberikan penyediaan sebuah pandangan akan pendesignan, membawa keluar, dan mengevaluasi informasi kampanye. Dalam bentuk ini, khususnya, teori ini memberi perhatian yang lebih banyak/lebih besar kepada kegiatan khalayak dan kebutuhan untuk menggapai khalayak aktif dengan informasi yang mereka cari. Target khalayak/audience diidentifikasikan sesuai dengan kebutuhan informasi mereka.

Teori ini merepresentasikan usaha untuk meningkatkan keefektivitasan media-massa didasarkan kepada kampanye informasi melalui pemahaman yang baik dan manipulasi dari aspek sosial dan factor psikologi. Teori ini melakukannya dengan cara mengindentifikasikan dinding level system sosial yang beragam sesuai dengan dinding secara psikologis pada arus informasi dan mempengaruhinya melalui media massa.

Teori sosial marketing ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik, di antaranya yaitu:

1. Metode untuk membujuk kesadaran khalayak terhadap topic kampanye atau kandidat.
Hal ini dilakukan supaya khalayak sadar dengan keberadaan mereka sendiri, supaya mereka sadar dengan eksistensi diri mereka. Hal yang termudah sekaligus termahal adalah dengan melalui media massa seperti televisi. Dengan banyaknya channel yang disediakan, tentu saja akan membujuk dan membangun kesadaran khalayak akan eksistensi diri mereka pribadi.

2. Metode untuk mentargetkan pesan pada segmen khalayak yang spesifik yang paling dirasa bisa menerima dan sesuai dengan pesan tersebut.
Efek yang terbatas menunjukkan bahwa mengidentifikasikan khalayak adalah hal yang paling mudah disinggung untuk menspesifikasikan tipe-tipe pesan yang ada. Saat segmennya teridentifikasi, maka pesan akan bisa dengan mudah disampaikan pada khalayak.

3. Metode untuk memperkuat pesan termasuk kepada segmen yang ditargetkan dan untuk mendorong khalayak tersebut untuk mempengaruhi satu sama lain melalui komunikasi langsung (face-to-face communication.).
Walaupun seringkali khalayak lupa dengan pesan-pesan yang sudah disampaikan,
Penegasan dan pengulangan kembali pemberian pesan setidaknya membuat para khalayak mengetahui dan menyadari akan pesan yang disampaikan itu. Untuk menyadarkannya bisa dengan mengirimkan langsung agen atau melalui channel televisi.

4. Metode untuk mengolah gambar-gambar dan kesan terhadap orang-orang (seseorang), produk, dan jasa-jasa.
Metode inilah yang seringkali dipakai jika mengalami kesulitan dalam mengundang ketertarikan khalayak.

5. Metode untuk menstimulasikan ketertarikan dan pembujukan informasi untuk mencari yang dilakukan oleh anggota khalayak.
Pencarian informasi akan terjadi jika level yang sufisien ide atau faktor-faktornya bisa digeneralisasikan.

6. Metode untuk membujuk hasrat pembuat keputusan atau posisi.
Saat masyarakat tersadarkan, diberi informasi, atau setidaknya mendapatkan gambaran dan kesan yang kuat, mereka dapat melangkah ke arah pengambilan keputusan baik itu keputusan secara sadar maupun keputusan yang didasarkan pada prioritas yang mereka ambil.

7. Metode untuk mengaktifkan segmen khalayak, terutama dalam hal ini yang sudah dijadikan target oleh kampanye tersebut.
Idealnya, yang termasuk ke dalam khalayak yang dimaksud adalah mereka yang memiliki kemampuan atau cocok dalam posisi mereka dan sudah memutuskan untuk bertindak namun belum mendapatkan kesempatan.

Menurut Rice & Atkin(1989), secara mudahnya, teori social marketing adalah hierarki dari efek-efek model, yang menyatakan bahwa hal ini penting untuk membedakan jumlah besar efek persuasi – beberapa yang dengan mudah dibujuk dan yang lain yang lebih membutuhkan waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih juga.

Usaha yang dilakukan bisa jadi dimulai dengan membentuk kesadaran khalayak, lalu mengolah gambaran-gambaran atau membujuk keinginan/ketertarikan dan pencarian informasi, menegaskan pelajaran akan informasi atau gambaran-gambaran, tujuan-tujuan orang dalam membuat keputusan yang “benar”, lalu membuat mereka aktif.

Hierarki ini pertama kali dikembangkan oleh produk marketer, akan tetapi sekarang ini sudah diaplikasikan pada social marketing.

Sosial marketing berargumentasi bahwa walaupun mereka tidak bisa berharap untuk membujuk semua target efek hasrat dalam setiap penargetan terhadap seseorang, mereka memiliki bukti yang terstruktur, step-by-step kampanye yang menggunakan data survey untuk menyediakan feedback yang lebih sukses lagi daripada teori persuasi yang didasarkan kepada efek model linear.

Kemudian, model teori social marketing ini menyesuaikan dengan situasi dimana sumber-sumber elit memiliki kemampuan/bisa lebih mendominasi elemen-elemen dari sistem social yang lebih besar. Kekuatan sumber yang besar ini dapat mencegah counter-elit dari penyebaran informasi atau dari jenderal oposisi.

Teori ini tidak memperkenankan adanya konflik social dan tidak dapat diaplikasikan pada situasi yang tengah dilanda dengan konflik, bahkan konflik yang tengah dalam keadaan reda sekalipun. Hal ini akan lebih mudah diaplikasikan pada bentuk informasi trivial dan bekerja dengan baik jika politik dikurangi dalam persaingan gambaran kandidat marketing atau transmisi yang tidak membahayakan pesan kesehatan masyarakat.

Kelebihan Teori Sosial Marketing:
1. Menyediakan nasehat praktis bagi media kampanye,
2. Dapat diterapkan untuk menyediakan hasil akhir yang baik,
3. Membangun perubahan perilaku dan teori pembauran

Kekurangan/Kelemahan Teori Sosial Marketing:
1. Didominasi oleh sumber,
2. Tidak mempedulikan/mempertimbangkan hasil akhir kampanye,
3. Menyepelekan/meremehkan kemampuan/intelektual orang yang rata-rata (rata-rata orang _ orang-orang yang biasa),
4. Mengabaikan ketidakleluasaan untuk pengulangan arus informasi,
5. Mahal untuk dilaksanakan (untuk melaksanakan)

Semakin besar jarak antara situasi hidup sumber-sumber elit dengan khalayak kelas bawah, maka akan semakin tidak sesuai feedback yang berguna akan digunakan. Baiknya/ secara tipe. Sumber-sumber pesan harus dapat membayar ketidakpuasan penelitian khalayak dan kemudian menerimanya dan bertindak terhadapnya.

Inti yang dapat kita ambil adalah:
Bagaimana konsep-konsep marketing diterapkan pada masyarakat melalui media massa. Bagaimana masyarakat bisa menerima bahwa marketing juga dapat dianggap sebagai salah satu penyampaian informasi yang bisa dipercaya.
Marketing yang bisa akrab dengan masyarakat, dengan sosial.

No comments:

Post a Comment

Pictures of The Years

  • pemandangan 1
  • pemandangan 2
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3