Tuesday, February 9, 2010

Perjalanan Panjang Menuju Solo

Selasa,02 Februari 2010

Perjalanan panjang menuju kota Solo, untuk mengikuti Rakernas IMIKI yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta berujung pada pengalaman unik yang tidak terlupakan.

Semua dimulai dari perjalanan panjang menaiki kereta api ekonomi Kahuripan jurusan Bandung - Solojebres, dengan harga tiket yang cukup murah sebesar Rp. 26.000,00. Perjalanan yang memakan waktu sekitar sepuluh jam itu diisi dengan canda tawa yang lumayan mengesankan. Ada keluarga dengan seorang anak kecil imut yang kebetulan duduk di depanku ketika itu ... bermain-main dengannya sesaat dan menawarinya beberapa coklat. Berpikir dalam hati bahwa ternyata seperti itulah bayangan keluarga muda yang akan kualami, mungkin nanti ya. Dan aku cukup menyukai karakter sang suami yang nampak sangat melindungi istri dan anaknya dengan cara-caranya yang sederhana, memperlihatkan padaku sebuah keharmonisan keluarga.

Perjalanan berlangsung dan akhirnya sampai juga di kota Solo, dengan logat daerah yang khas yang membuatku masih canggung menggunakan kata "Mbak" untuk mengganti panggilan kata "Teh". Untuk pertamanya makan di warung nasi di sebelah stasiun, dengan makanan nasi gudeg yang cukup untuk porsi wanita serta es teh manis, aku sudah berpikir bahwa harganya lumayan menjulang tinggi ... dan saat ditanya hanya Rp. 4000, saja. Walah, kalau di Bandung, segitu sulit sekali untuk mendapatkannya. Ternyata barang-barang n macem-macemnya lebih murah di kota yang satu ini.

Kota Solo yang cukup terkenal dengan batik Solonya, ternyata memang dipenuhi dengan berbagai macam jenis batik yang membuat siapapun tergoda untuk - setidaknya melihatnya dulu sebelum membelinya. Saat tiba di kota Solo, langsung dengan cekatan bersiaga lagi dan mulai mengelilingi kota Solo dengan segala pengetahuan yang terbatas tentangnya. Dengan rombongan kawan-kawanku, Zee, Medi, dan Randu, kami berempat mengelilingi kota Solo.

Keluar dari Rusunawa, tempat kami menginap di asrama lantai 5 itu, kami berjalan menyusuri daerah kawasan kampus UMS, dan memandang segala sesuatunya yang mata penasaran. Mulai dari berbagai makanan dengan nama unik hingga tempat-tempat yang mungkin terkesan wajib untuk dikunjungi. Nama makanan yang unik yang terdengar asing di mataku itu adalah Nasi Trancam, yang ternyata nasi dengan semacam sayuran seperti urab-uraban yang belum dimasak, melainkan sayuran lalaban. Selain itu ada pula Mi Sapi yang sayangnya tutup sebelum kami cicipi. Ada juga sate kere yang ternyata terdiri dari jeroan, kemudian mie ketoprak yang cukup menggugah selera, jadi ingin memakannya lagi saat menulis ini.

Tentu saja gudeg selalu ada dimana-mana di kota Solo ini, yang jelas, harga makanan yang ada sangat murah mulai dari 2000 rupiah saja, membuatku terkadang iri dengan jumlah uang yang bisa dihemat. Banyak boo!

Perjalanan kemudian berlanjut, kami berempat lalu pergi mengelilingi Keraton Solo yang nampak cukup megah dengan tamannya yang luas dan berbagai tempat yang sayangnya tidak bisa dimasuki oleh kami. Mengobrol dengan abdi dalem yang kadang kupertanyakan keberadaan mereka dalam keseharian. Banggakah mereka menjadi abdi dalem? Sayangnya pertanyaan itu tidak sempat terlontarkan pada mereka. Hal yang menarik di keraton Solo ini, halamannya ternyata pasir dari Laut Pantai Selatan, kabarnya memiliki hubungan dengan Ratu Pantai Selatan. Untuk masuk ke dalamnya tidak boleh pakai sandal, harus dilepas dan tidak boleh pakai baju yang sangat mini, kesannya tidak menghormati.

Di dekat keraton ada kerajinan tangan yang dibuat dari akar wangi, yang kabarnya bisa digunakan sebagai pengganti kapur barus, lumayan wangi sih menurutku. Uniknya akar itu dibentuk menjadi berbagai macam bentuk binatang ukuran mungil, seperti gajah, naga, buaya, beruang, dll. Setelahnya juga, kami berjalan menuju Pasar Klewer yang kabarnya cukup terkenal di Solo. Di Pasar yang penuh dengan barang-barang batik itu, ramai sekali pengunjungnya. Berbagai macam batik terpampang di pinggi jalan, mewarnai jalan dengan warna dan coraknya yang khas. Ada Batik Semar, Batik Danar Hadi, Batik Keris, dan juga ada satu kompleks yang cukup terkenal dengan Batik Laweyannya yang sudah menggunakan website dan online internet untuk marketing pemasaran produk-produknya. Ada juga pasar buku bekas, di pasar itu, mereka memiliki koran Kompas tahun 1987 yang cukup langka dan menjualnya dengan harga yang sesuai. Ada pula kampung batik di dekat Pasar Klewer yang menjual berbagai macam batik, mulai pernak pernik, kaos batik, hingga batik tulis yang asli dan juga pertunjukkan bagaimana membuat batik itu sendiri. Harganya cukup terjangkau.

Beberapa meter dari Pasar Klewer, itu ada PGS (Pusat Grosir Solo) yang juga menjual berbagai macam batik, mirip seperti mall-mall khusus yang menjual batik, berbagai macam pernak pernik pun tak kalah menariknya. Ada juga karpet batik yang dijual dengan harga terjangkau di Pasar Klewer. Di depan PGS, biasanya ada Damri AC yang melalui UMS dan Stasiun Purwosari tempat kami singgah untuk pertama kalinya.

Disana juga banyak makanan dengan berbagai jenis yang menarik, wisata kuliner menjadi salah satu incaran kami ketika pergi ke Solo. Kalau Anda belum pernah pergi ke Solo, kusarankan untuk mencoba pergi liburan ke kota Batik itu.

No comments:

Post a Comment

Pictures of The Years

  • pemandangan 1
  • pemandangan 2
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3
  • pemandangan 3